Teknologi baterai berkembang sangat cepat. Lithium ion yang
saat ini menjadi baterai favorit namun harganya relatif mahal, kemungkinan
kelak bisa diproduksi dengan harga yang lebih murah.
Mahalnya baterai jenis itu tidak lepas dari digunakannya
material yang digunakan untuk mengikat elektroda ke permukaan bahan logam yang
digunakan secara tegak lurus. Tetapi satu tim riset di University of Maryland,
Amerika Serikat, berhasil membuat sebuah baterai ''yang terinfeksi''.
''Terinfeksi'' barangkali merupakan kata yang tepat untuk
menggambarkan baterai tersebut. Pasalnya baterai yang dikembangkan tim tersebut
menggunakan virus yang seringkali merusak tembakau atau dikenal dengan tobacco
mosaic virus.
Virus yang direkayasa secara genetik tersebut digunakan
sebagai pengganti material yang berfungsi untuk mengikat elektroda dengan
permukaan logam baterai dalam pola tertentu. Dengan virus ini, pola yang
dihasilkan kemudian dilapisi dengan material film tipis yang bersifat
penghantar, seperti nikel.
Menurut tim tersebut, metode yang mereka gunakan 100% aman.
Virus baru hasil rekayasa genetika tersebut berubah menjadi tidak berbahaya
ketika dihubungkan dengan pelat elektroda. Hasilnya, jumlah material aktif yang
bertugas mengumpulkan ion-ion lithium juga meningkat secara efektif, yang
berarti meningkatnya kemampuan menyimpan energi, sekitar 10 kali lipat.
sumber: planethijau.com
|
Rabu, 30 November 2011
Baterai Lithium Ion Yang ''Terinfeksi'' Virus, Menyimpan Energi 10 Kali Lebih Banyak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar