PENDAHULUAN
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya
pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan
bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).
Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu
pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang
meliputi :
Penyelidikan Umum (prospecting)
Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk
studi amdal)
Persiapan produksi (development, construction)
Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan,
Penimbunan)
Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan (mineral dressing)
Pemurnian / metalurgi ekstraksi
Pemasaran
Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengakhiran Tambang (Mine Closure)
Jenis-jenis dan Perkembangan Hasil Pertambangan di Indonesia
1. Minyak Bumi
Pada tahun keempat Repelita IV produksi minyak bumi mencapai 472,5 juta barrel atau 1.294,5 ribu barrel per hari. Dibanding dengan tahun sebelumnya ini
berarti penurunan sebesar 26,30 juta barrel per hari atau 5,5% (Tabel IX-2). Penu runan produksi ini antara lain
disebabkan oleh perkembangan situasi perekonomian dunia yang kurang menguntungkan, yang pada gilirannya
telah mengakibatkan menurunnya kuota yang diterima oleh Indonesia.
Sementara itu membaiknya harga minyak bumi telah menyebabkan pemboran eksplorasi pada
tahun keempat Repelita IV mengalami peningkatan sebanyak 10,7% dibandingkan dengan tahun 1986/87, yaitu naik dari 122
sumur yang dibor menjadi
di dalam negeri perkembangan permintaan minyak bumi di pasar luar
negeri dan ketentuan kuota ekspor yang diberlakukan untuk Indonesia.
2. Gas Bumi
Produksi gas bumi terus mengalami peningkatan sesuai dengan meningkatnya pemanfaatan gas
bumi. Selain sebagai pengganti BBM sebagai sumber energi di dalam negeri, gas bumi dimanfaatkan pula untuk bahan
baku bagi industri pupuk dan industri besi baja. Gas bumi yang merupakan non-associa
ted gas dipergunakan untuk menghasilkan LNG, sedangkan yang associated
gas dijadikan LPG (gas minyak cair).
Pada tahun keempat Repelita IV, produksi dan pemanfaatan gas bumi terus mengalami
peningkatan. Produksi gas meningkat dari 1.657,7 milyar kaki kubik dalam tahun 1986/87 menjadi 1.771,3 milyar kaki kubik dalam
tahun 1987/88. Dalam periode yang sama pemanfaatan gas meningkat dari 1.518,2
milyar kaki kubik menjadi 1.629,6 milyar kaki kubik. Meningkatnya pemanfaatan gas bumi terutama disebabkan
oleh meningkatnya penggunaan gas bumi untuk LNG, untuk bahan baku dalam industri Pupuk Kujang, Pupuk Asean, Pusri,
dan Pupuk Kaltim, dan oleh naiknya pemakaian gas bumi sebagai energi pengganti BBM untuk kilang Balikpapan, pabrik Semen
Cibinong dan sebagai penolong proses produksi pada pabrik Krakatau Steel dan
karena meningkatnya penggunaan gas di Jakarta, Bogor, Cirebon dan Medan oleh Perum Gas Negara.
Produksi dan ekspor gas
alam cair (LNG) juga mengalami peningkatan.
Dalam tahun 1987/88, produksi dan ekspor LNG adalah masing-masing 811.799,6 ribu MMBTU dan 804.300,0 ribu MMBTU. Dalam tahun 1987/88 produksi dan ekspor gas
alam cair tercatat masing-masing
sebesar 905.373,2 ribu MMBTU dan 894.955,0
ribu MMBTU.
Tabel IX-6, Grafik IX-3 dan Tabel IX-7, Grafik IX-4 masing-masing memperlihatkan
perkembangan produksi dan pemanfaatan gas bumi serta perkembangan produksi dan ekspor LNG dari tahun 1983/84 - 1986/87.
3. Batubara
Produksi hasil pengembangan pertambangan batubara diarahkan terutama untuk pemenuhan
kebutuhan energi pengganti di dalam negeri. Untuk itu batubara diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pusat listrik tenaga uap
(PLTU) dan sebagai bahan bakar untuk pabrik-pabrik semen, seperti antara lain untuk PLTU Suralaya, pabrik semen
Indarung dan pabrik semen Andalas.
Produksi batubara Ombilin dan Bukit• Asam dalam tahun keempat Repelita IV
menunjukkan kenaikan, yaitu dari 1.731.800
ton menjadi 1.987.600
ton, yang berarti
ada kenaik-an sebesar 255.800 ton atau 14,8% jika dibandingkan
dengan produksi tahun 1986/87.
Peningkatan jumlah produksi tersebut dimungkinkan
oleh telah selesainya penambahan dan penggantian
sebagian peralatan tambang pada PT (Persero)
Tambang Batubara Bukit Asam. Meskipun produksi batubara dari PT (Persero) Tambang
Batubara Bukit Asam terus meningkat, namun kebutuhan ba-tubara untuk PLTU Suralaya belumlah seluruhnya bisa
dipenuhi sehingga kekurangannya masih perlu diimpor. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurang sesuainya pengembangan
produksi dengan rencana.
4. Timah
Adanya resesi perekonomian dunia yang berkepanjangan serta berkembangnya pemakaian bahan
pengganti timah sebagai pembungkus telah menyebabkan menurunnya pemakaian timah di dunia beberapa tahun terakhir ini.
Sementara itu adanya jumlah produksi timah yang melebihi kebutuhan, telah menyebabkan terjadinya krisis timah pada bulan
Oktober 1986, yang ditandai dengan jatuhnya harga timah dari US$ 12.000/ton menjadi US$ 5.500/ton.
Merosotnya harga timah, dan sulitnya mencari pasaran sejak tahun 1983, telah mempengaruhi perkembangan produksi timah Indonesia yang 95%
dari hasilnya diarahkan untuk pasaran luar negeri.
Begitu pula dengan ditutupnya LME (London Metal Exchange) sejak Oktober 1985, imaka ATPC
(Association of Tin Producing Countries) memberlakukan suatu Supply Rationalization. Menurut Supply Rationalization
I,.yang berlaku mulai 1 Maret 1987 sampai dengan 29 Pebruari 1988, Indonesia memperoleh bagian sebesar 24.516 ton.
Pembagian kuota penasaran ini sudah barang tentu ikut mempengaruhi perkembangan produksi Indonesia.
5. Nikel
Penambangan dan pengolahan bijih nikel yang terdapat di Pomalaa (Sulawesi Tenggara) dan
Pulau Gebe (Halmahera Tengah) dilaksanakan oleh PT Aneka Tambang. Sebagian dari
bijih nikel tersebut diolah menjadi ferronikel, sedangkan sisanya untuk diekspor. Selain dari pada itu,
bijih nikel yang terdapat di Soroako (Sulawesi Selatan) ditambang dan diolah
oleh PT Inco untuk menghasilkan nickel matte (nikel kasar). Dalam perhitungan produksi dan penjualan
ferronikel, maka nilai kandungan logam nikelnya perlu dicatat sebagai unsur
utama. Hal ini penting karena kadar nikel dalam ferronikel dari setiap kali peleburan tidak selalu sama.
Pada tahun 1987/88, produksi nikel meningkat menjadi 1.782,1 ribu ton atau mengalami
kenaikan sebesar 6,0%, sedangkan ekspor bijih nikel meningkat menjadi 1.407,9 ribu ton atau
mengalami kenaikan sebesar, 6,6% dibanding dengan
tahun sebelumnya. Pada tahun yang sama produksi nikel dalam ferronikel mengalami penurunan sebanyak 9,0%,
sedangkan produksi dan ekspor nickel
matte juga mengalami penurunan
masing-masing sebesar 21,0% dan 8,5%
dibanding dengan tahun sebelumnya.
6. Bauksit
7. Bahan-bahan tambang lainnya
A Masalah Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambangan Energi
Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertaqmbangan minyak dan gas bumi meliputi jenisnya, logam-logam mineral seperti timah putih, emas, nikel, tembaga, mangan, air raksa, besi, belerang dan lain-lain. Bahan organic seperti, batu-batu berharga seperti intan, dan lain-lain. Pemabgunan dan pengelolaan bidang pertambangan harus diserasikan dengan bidang energi dan bahan baker serta dengan pengembangan wilayah, disertai dengan peningkatan pengawasan yang intensif dan menyeluruh, agar tercapai pembangunan pertambangan dan energi yang signifikan atau yang diinginkan. Pemanfaatan energi perlu dimanfaatkan secara bijaksana untuk tiap-tiap keperluan secara tidak terus-menerus baik dalam penggunaan dalam negri serta kemampuan penyediaan energi secara jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber utama pemakaian energi yang penggunaannya terus meningkat, tetapi jumlah ketersediaannya sanglah terbatas. Untuk itu diperlukan sumber atau pengembangan pada energi lain seperti contohnya batu bara, tenaga air, tenaga angina, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir dan lain-lain.
Faktor kimia, faktor fisik, dan faktor bilogis adalah sebab dari pencemaran lingkungan akibat pengelolaan pertambangan pada umumnya. Pencemaran ini biasanya terjadi pada tanah, air, dan udara pada daerah pertambangan setempat yang mempunyai daerah timbale balik dengan lingkungannya. Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah industri bila dilihat dari sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan dari pada berada dekat pemukiman masyarakat umum atau daerah industri. Selain itu jenis suatu tambang juga menentukan jenis dan bahaya yang bisa timbul pada lingkungan akibat pencemaran pertambangan batu bara akan berbeda pertambangan mangan atau pertambangan gas an minyak bumi. Keracunan mangan karena menghirup debu mangan akan menimbulkan gejala sukar tidur, nyeri dan kejang-kejang otot, ada gerakan-gerakan tubuh di luar kesadaran, kadang-kadang akan ada gangguan bicara dan impotensi.
Dalam rangka menghindarkan terjadinya pencemaran dan gangguan keseimbangan ekosistem baik itu yang berada didalam lingkungan maupun diluar lingkungan sekitarnya, maka perlu adanya pengawasan lingkungan terhadap :
-Cara pengolahan pembangunan pertambangan
-Kecelakaan dipertambangan
-Penyehatan lingkungan pertambangan
-Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul
B Cara Pengolahan Pembangunan
Sumber daya bumi dibidang pertambangan harus dikembangkan semaksimal mungkin agar terciptanya pembangunan. Dan untuk itu perlu adanya survey dan evaluasi yang terintegrasi dari para ahli agar menimbulkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian bai secara ekonomi maupun secara ekologis. Penggunaan ekologi dalam pembangunan sangat perlu didalam rangka meningkatkan mutu hasil pertambangan dan untuk dapat memperhitungkan sebelumnya pengaruh aktifitas pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan yang lebih luas.
Segala pengaruh skunder pada ekosistem baik lokal maupun secara lebih luas perlu dipertmbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapat mungkin dievaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindarkan atau dikurangi, sebab melindungi lingkungan lebih mudah daripada memperbaiki lingkungan. Dalam pemanfaatan sumberdaya pertambangan yang dapat diganti perencanaan, pengelolaan dan penggunaannya harus hati-hati dan seefisien mungkin. Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat menikmati hasil pembangunan pertambangan ini.
C Kecelakaan Di Pertambangan
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh sengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh didalam tanah. Kecelakaan karena jatuh, tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran/keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan-tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, atau antisipasi sebelum terjadi kecelakaan di pertambangan seperti, selalu memakai pakaian pelindung selama bekerja didalam tambang seperti sepatu but,topi pelindung, baju kerja dan sebagainya.
D Penyehatan Lingkungan Pertambangan
Yang dimaksud dengan lingkungan pertambangan adalah lingkungan dalam tambang sendiri dan lingkungan diluar tambang seperti tempat pemukiman pekerja dan keluarganya khusunya masyarakat umum pada umumnya. Pada lingkungan tambang sendiri penyehatan lingkungan dapat dilakukan dengan penerangan yang baik yang sangat berguna sebagai pencegahan kecelakaan seperti ventilasi yang baik agar kadar debu di udara tambang berkurang, selain dengan cara pengeboran basah yang juga akan mengurangi jumlah debu bebas ke udara, sanitasi yang baik untuk menghilangkan wabah-wabah penyakit perut dan cacing di antara para pekerja. Pada lingkungan diluar pertambangan perlu adanya sanitasi yang baik berupa penyediaan air minum, pembuangan kotoran, pemberantasan nyamuk, perumahan yang baik dansebagainya.
E Pencemaran Dan Penyakit-Penyakit Yang Mungkin Timbul
Pencemaran dalam tambang dan sebagainya dapat terjadi oleh gas-gas logam atau persenyawaan-persenyawaannya alam bijih-bijih yang timbul dari tambang, missal tambang mangan mengandung resiko keracunan mangan, tambang air raksa mengandung bahaya keracunan air raksa, demikian pula untuk tambang-tambang lainnya.gas-gas yang mempunyai lingkungan pertambangan bisa berasal dari gas-gas yang secara alam memang telah ada pada tambang atau oleh gas-gas yang terjadi akibat prosesyang terjadi dalam tambang seperti akibat kebakaran atau lefakan. Selain oleh gas-gas beracun CO, H2S dan methan, juga gas-gas yang tak beracun seperti O2 karena kadarnya dibawah normal bisa menyebabkan kelainan pada tubuh, bahkan bila kadarnya 6 – 8% atau lebih bisa menimbulkan kematian. Demikian pula dengan gas CO2 bila kadarnya bertambah akan menimbulkan asphyxia sampai mati lemas. Penyakit-penyakit yang bisa timbul selain penyakit cacing ancylostomiasis yang disebabkan oleh cacing ancylostomaduodenale dan nector americanus juga penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu tambang seperti anthracosis, silicosis dan stanosis.
F. Kesimpulan
Pertambangan merupakan salah satu tonggak ekonomi di Indonesia karena Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang berbasis tambang, mulai dari tambang batu bara, emas, perak, logam.dll. Petambangn juga merupakan pendapatan devisa negara terbesar Di indonesia. namun karena Indonesia belum bisa mengolah SDA sendiri maka pihak luar-lah yang mengambil alih sehingga kekayaan alam indonesia lebih banyak di nikmati bangsa lain. namun dampak negatif dari pertambangan itu sendiri sangat berbahaya karena terkait dengan ekologi lingkungan sekitarnya, sehingga pemerintah harus selalu melakukan audit untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan di sekitar pertambangan.
Sumber: Ilmu Lingkungan Industri, Penerbit Gunadarma.
id.wikipedia.org
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6713/
]id.wikipedia.org
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6713/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar